Saturday 8 February 2014

Kesan Membaca Last Minute in Manhattan Part 1

Kali ini saya mau berbagi pengalaman saya membaca Last Minute in Manhattan karya Yoana Dianika. Saya akan mengulasnya perbab. Mariii :-)

Eh, tunggu. Bab-bab di novel ini ternyata ada di 2nd Diary-nya Callysta, cewek imut tokoh utama kita. Bingung? Novel ini terbagi menjadi dua, ada 1st Diary dan 2nd Diary. Di 1st Diary, Callysta menceritakan alasannya pindah ke Amerika. Alasannya adalah.... nyokapnya ninggalin dia, kemudian nyokapnya menikah lagi dengan ayah selingkuhan pacarnya. Sounds complicated? Saya coba uraikan, ya.

Ibu Callysta bercerai dengan ayah Callysta. Tidak lama ia menikah dengan seorang pengusaha asal Singapura. Pengusaha itu memiliki putri bernama Magdalena. Magdalena itu adalah selingkuhan Abram. Dan Abram itu tidak lain dan tidak bukan merupakan kekasih Callysta.
Itulah konflik di awal pengenalan novel ini. Cukup menarik, walaupun terdengar hampir tidak mungkin terjadi di dunia nyata, kecuali kalau memang sedang apes -_- .

Okay, now, let’s get into them!

2nd Diary

01.
The future is waiting for you to open your arms to it
Go! Go! Go!

Callysta akhirnya pindah ke Amerika, tepatnya ke negara bagian California (CA). Di sana ia tinggal dengan ibu tirinya, Sophie, dan adik tirinya, Mark. Sementara ayahnya masih harus tinggal di Indonesia untuk keperluan bisnis.

Tempat tinggal Sophie terletak di Hermosa Beach, salah satu kota dekat pantai di CA.


Di bab 1 ini Callysta menceritakan kesan pertamanya tentang rumah barunya di Hermosa Beach. Dan terus terang, saya kagum dengan kak Yoana yang mampu menceritakan detail Hermosa dengan apik, hingga membuat saya penasaran untuk terjun ke TKP (baca: meng-Google tempat-tempat yang disebutkan).

Kompleks perumahan ini menghadap langsung ke sebuah jalan beraspal dengan lebar kira-kira lima sampai enam meter. Jalan tersebut dibatasi dengan dinding panjang sepinggang yang berbatasan langsung dengan pasir pantai. Lampu-lampu jalan berjajar di sepanjang dinding pembatas jalan. (hal. 32)

Bandingkan paragraf di hal. 32 tersebut dengan gambar di atas. Persis, bukan?

Menyatu dengan pier, terdapat bangunan kotak kayu dua lantai, bercat putih dengan atap bercat hitam, bertuliskan:
1201
Los Angeles Country
Fire Department
Lifeguard Operations
City of Hermosa Beach
(hal. 32)


Bangunan putih yang dimaksud adalah yang saya lingkari, ini gambar lebih jelasnya:

Tulisan yang terlihat pudar itulah yang bertuliskan kata-kata ini:
1201
Los Angeles Country
Fire Department
Lifeguard Operations
City of Hermosa Beach

Dari kejauhan, terlihat cluster perumahan yang menyemut—tetapi terpetak-petak dan tertata rapi. Berhiaskan dengan lekukan lembah dan pegunungan CA yang memanjakan mata. (hal. 33)

Khusus untuk latar di paragraf halaman 33 (nunjuk atas), saya belum menemukan gambarnya :-(

Di bab 01 ini saya cukup terkesan dengan gaya penulisan kak Yoana dan memutuskan untuk ingin terus menikmatinya sampai habis. Lho, memang biasanya tidak ingin menyelesaikan satu novel? Yah, kadang begitu. Kalau di awal saja sudah membosankan, biasanya butuh waktu lama bagi saya untuk menyelesaikan satu novel, atau paling parahnya saya tidak akan menyelesaikannya :-P .


02.
Those feelings that shine in your eyes
You feel them before you even think them

Di awal bab Cally menceritakan keadaan kamar tidurnya yang berukuran sebelas meter dengan segala perabotan di dalamnya. Callysta mulai merindukan sahabat-sahabatnya di Indonesia: Irfan, Bima, Nelly, Cintya, dan Jose. Dan papanya, tentu saja.

Ceritanya si Cally lagi kangen berat plus galau karena harus tinggal jauh dari orang-orang yang ia sayangi di Indonesia. Mark yang dari awal terlihat sangat manis dan penuh perhatian terhadap kakak tirinya, ingin mengajak Cally jalan-jalan. Cally hampir memenuhi ajakan Mark, tapi email dari Abram membuatnya tidak semangat dan kembali galau. Ujung-ujungnya kasurlah tempat terakhirnya berlabuh.

Singkat cerita, akhirnya Cally mau diajak jalan-jalan. Mark mengajaknya ke surfer statue untuk menemui temannya, Vesper.
Ini dia, surfer statue, patung orang yang seolah-olah sedang berselancar.


Tempat lapang itu berhadapan langsung dengan “Pier Surf” salah satu tempat di Hermosa yang menawarkan peralatan dan kelengkapan bermain surfing. (hal. 52)


Di halaman 52 juga disebutkan tentang ukiran lambang kota Hermosa di atas tanah berpaving, tapi saya belum menemukan gambarnya. Sementara saya menemukan lambang kota Hermosa seperti ini:



Selanjutnya akhirnya Mark dan Cally bertemu dengan Vesper dan Rachel. Rachel adalah teman sekelas Mark dan Vesper.

Vesper Skyller digambarkan sebagai sosok lelaki yang kurus jangkung, berambut coklat bergaya side swept bangs, dan berwajah rupawan. Kalau lagi senyum bibirnya dikulum. Kayak senyumnya Daniel Radcliffe gitu kali ya, halah jadi nyasar ke sana. Pokoknya di sini si Cally jadi gugup gara-gara kuluman senyum si Vesper, yang akhirnya nanti dipanggil ‘Sky’ oleh Cally.

Sementara Cally terpesona dengan sosok Vesper, Rachel malah terlihat enggan berbicara dengan Cally. Jealous gitu lah ceritanya, soalnya kata Mark si Rachel ini naksir Vesper.

Mereka berempat akhirnya jalan-jalan bareng ke bab 3.


03.
Becoming a midnight cowboy
You, I want to snatch you away
To protect that smile
I’d risk my life

Setelah jalan beberapa meter dari surfer statue mereka tiba di Hermosa Beach Pier. Pier adalah sebuah jembatan panjang mirip dermaga, tapi bukan dermaga, karena di ujungnya tertutup, tidak ada ruang untuk naik ke kapal atau turun dari kapal.
Nih suasana di atas pier ketika banyak pengunjung:





Di atas sini Cally dan Vesper mengobrol. Dari obrolan ini, Cally tahu bahwa Vesper menyukai astronomi. Gara-gara obrolan mereka tentang benda langit, ditambah kekagumannya dengan mata abu-abu Vesper yang cerah bagaikan kedip bintang di langit pekat,  Cally merasa ‘Sky’ adalah panggilan yang sangat cocok untuk Vesper.

Di sini ada adegan jatuh yang kayaknya sebuah keharusan di novel romance gitu ya? Karena di setiap novel romance yang pernah saya baca mesti aja ada adegan kayak gini. Dan hampir selalu begini ceritanya: SENDAL PUTUS, kemudian TERSANDUNG, kemudianTOKOH UTAMA WANITA DITOLONG TOKOH UTAMA PRIA.

Nah, gara-gara sendalnya Cally putus, Vesper akhirnya meminjamkan sendalnya. Cally merasa Vesper sangat perhatian dan romantis karena demi dia Vesper rela tidak memakai sendal.

Ini memang tidak seindah sepatu kaca Cinderella. Tapi perlakuan Vesper barusan lebih romantis daripada pangeran mana pun.

Hmmm.... saya sebenarnya kurang suka adegan semacam ini. Hahaha... maaf ya kak Yoana. Tapi it’s okay lah, selama ceritanya memang bagus, saya bakal tetap suka! :-D

Overall sampai dengan bab 03 ini saya PUAS dengan novel ini, dan masih berkeinginan untuk menamatkannya. Saya suka banget cara kak Yoana menjelaskan detail-detail setiap tempat yang disinggahi Callysta. Imaginable, interesting, and exciting!

No comments:

Post a Comment

What do you think about my post?