Tuesday 26 December 2017

I know you might not like it

I was a fangirl of a boyband group. I loved them like I knew them. I talked about them to friends like we all knew each other. I had even been familiar with every member’s voice. I did make a fiction story about them, like I really knew their characters.

It was very long time ago. Now I don’t even care they plan a comeback concert in 2018, I didn’t, until a shocking news spreaded. One of the members committed suicide. I didn’t cry–my lil sis did, later she finally told me that she did cry, a bit though. I was just a bit surprised. He was the type of talkative member, lots of laughter, smile, joking around, yeah he was, like years ago when the last time I watched their shows. Knowing he committed suicide is like…really…?

Since yesterday I’d looked around youtube for their old videos. I know it’s silly, yet I can’t help it. My sis and I even chatted on Whatsapp–one of the longest convo ever–she still likes the group. We talked about them, I asked her not to cry cause suicide is unforgivable in our religion, so don’t cry for such a death. She knows it. She just told me that he was depressed. Okay, I feel sorry for it, I was asking where his friends, the other members. My sis said it seemed to be a depression after his solo concert this year. I even feel more sorry. Nobody ever wants to be lonely. I don’t know exactly what he was facing, but one I know that depression arises from loneliness.

I know you might not like what I’m doing. I just want to tell you the other side of mine that you might never know. Sometimes I do silly, unimportant, and unfaedah things.

Sunday 17 December 2017

Diklat Prajabatan PLN Angkatan 49 (Part 2)

Part 1 tulisan ini sudah di-post lebih dari setahun yang lalu. Duh, betapa malasnya saya melanjutkan tulisan yang belum rampung ini. Semoga saya masih ingat.

3. Pengenalan perusahaan (Minggu terakhir November 2015/Minggu pertama Desember 2015)
Dari Lembang, kami dibawa ke Udiklat Bogor untuk selanjutnya mengikuti Pengenalan Perusahaan. Kami akan segera mendapat pembelajaran singkat mengenai proses bisnis PLN selama empat hari.

Sesampainya di Udiklat Bogor, kami disambut seorang komandan. Padahal, saya mengira setelah beres kesamaptaan, kami bisa lepas dari komandan TNI, ternyata tidak. Begitu turun dari bis, kami disuruh jalan jongkok sejauh kurang lebih 50 meter. Lutut kanan saya sudah kebas rasanya, jadilah saya curi-curi kesempatan untuk sedikit berlari dengan posisi normal saat komandan tidak memperhatikan.

Koper kami diturunkan dari mobil pengangkut khusus koper dan barang bawaan lainnya, cukup menyita waktu karena jumlah kami yang kala itu ada sekitar 400-an orang. Bawaan saya saat itu rada riweuh, 2 ransel, 1 koper, 1 ember beserta isinya, dan keresek hitam lumayan besar berisi baju kotor kalau saya tidak salah ingat. Padahal saat berangkat dari rumah menuju Lembang saya hanya membawa 1 ransel dan satu koper.

Udiklat Bogor ini legend sekali, guys. Selalu menjadi bahan pembicaraan mengenai jarak ruang makan yang cukup jauh dari mes. Jalan yang menanjak dan menurun menambah keseruan setiap kali bercerita perjuangan menuju ruang makan Udiklat Bogor. Selalu dibilang seperti ini, "Berangkat ke ruang makan lapar, sampai di mes sudah lapar lagi."

Di sana tiga atau empat malam kami menginap di Udiklat Bogor. Pagi-pagi sekali, sekitar jam 5, kami sudah harus naik bis untuk berangkat menuju PLN Pusat, tempat program Pengenalan Perusahaan dilaksanakan. Bahkan sarapan pun kami lakukan di dalam bis yang berjalan.

Di setiap sesi materi Pengenalan Perusahaan, kami diharuskan membuat rangkuman. Begitu terus kegiatan kami selama empat hari program ini dilaksanakan. Di sesi terakhir hari keempat, diumumkan pula bidang kami masing-masing. Saat itu aku masuk dalam bidang niaga dan akan melaksanakan pembidangan di Udiklat Pandaan.

4. Pembidangan (Desember 2015 - Januari 2016)
Inilah masa-masa penggemukan. Kami tidak banyak dituntut mengerjakan macam-macam. Hanya belajar, belajar, dan belajar. Makan terjamin lima kali sehari. Sarapan, snack pagi, makan siang, snack sore, dan makan malam. Olahraga setiap habis subuh dan sore hari, itu pun tidak terlalu berat bila dibandingkan saat kesamaptaan.

Selama kurang dari satu bulan kami, bidang niaga, melaksanakan pembidangan di SLB di daerah Malang, katanya karena Udiklat Pandaan-nya sedang penuh, makanya kami 'diungsikan' sementara ke SLB. Di sinilah untuk pertama kalinya saya berinteraksi langsung dengan banyak orang Sumatera, lengkap mulai dari Medan, Aceh, Pekanbaru, Padang, Lampung, hingga Palembang.

Sekitar akhir 2015 atau awal 2016, kami pindah ke Udiklat Pandaan. Bertambah lagi teman-teman yang kami kenal, karena di Udiklat Pandaan ini sudah menunggu rekan-rekan angkatan kami dari bidang distribusi.

Di akhir program pembidangan dilaksanakan ujian tertulis. Alhamdulillah angkatan kami dinyatakan lulus semua dan dapat lanjut ke tahap berikutnya. Yang paling ditunggu-tunggu dari setiap akhir program adalah, "Akan ke mana lagi kita sekarang?"

5. On The Job Training/OJT (Februari - April 2016)
Saya dan sekitar 50 orang lainnya dapat tempat OJT di Lombok, yeay. Luar biasa senangnya waktu itu. Sudah terbayang pantai-pantai yang asyik untuk disinggahi, kebetulan saya suka banget main air, padahal nggak bisa renang, huu

Bertambah kesenangan saya ketika penempatan OJT saya ternyata di kota Mataram, tepatnya di Rayon Ampenan. Saya menjalani OJT di sana bersama dengan 10 orang lainnya, 6 dari bidang distribusi, dan 4 dari bidang niaga. Kami mengontrak rumah tidak jauh dari Rayon Ampenan. Setiap pagi kami hanya perlu jalan kaki sekitar 10 menit paling lama untuk sampai di kantor.

Mataram itu tempatnya enak. Nggak adem, tapi nggak panas juga. Kotanya nggak terlalu ramai, jadi nggak macet. Tapi sudah ada mall di sana, ada bioskop juga. Mau ke pantai dekat, ada Senggigi, atau yang paling dekat, pantai Ampenan, haha. Mau cari makanan mudah dan masih terjangkau semua harganya.

Kerjaan kami tiap sabtu minggu pasti jalan-jalan. OJT jadi kayak On the Job Traveling. Cari persewaan motor atau mobil juga mudah. Nggak perlu pemandu juga karena sudah ada GPS. Tinggal modal berani saja, haha.

Pantai yang paling saya ingat itu Sekotong. Tenaang banget air lautnya, jadi lebih kayak kolam renang daripada pantai. Airnya jernih luar biasa, di tengah-tengahnya ada pulau, entah apa namanya. Pokoknya Sekotong masya Allah indahnya.

Kalau pantai yang paling sering dikunjungi itu Senggigi karena paling dekat. Di sana saya mencoba pengalaman surfing ala ala bocah, saya cuma tiduran saja di atas papan, itu pun sudah sulit sekali dan berkali-kali saya tercebur. Telapak kaki saya lecet-lecet parah karena banyak menginjak terumbu karang, baru ketahuan pas sampai di kontrakan.

Hari-hari OJT saya lebih disibukkan dengan survey TNP2K. Bersyukur banget ada survey ini, saya jadi tahu banyak seperti apa penduduk asli Lombok. Sebuah pengalaman yang berharga bisa berinteraksi langsung dengan masyarakat asli sana.

Selain survey, pekerjaan yang menantiku adalah billing, di sini kami diajari bagaimana memproduksi jumlah kwh yang tercatat pada lembar tagihan pelanggan. Diajari tentang DLPD (Daftar Langganan Perlu Diperhatikan), ini yang jumlah kwhnya tidak rasional, dari DLPD ini bisa dibuat menjadi TO (Target Operasi) untuk P2TL (...apa yah kok saya lupa kepanjangannya 😅). Intinya P2TL ini aktivitas pemeriksaan kwh meter pelanggan yang diduga berbuat curang.

Ngomong-ngomong P2TL, selama OJT pulalah kami mendapat pengalaman deg-degannya berhadapan dengan pelanggan yang kena P2TL. Biasanya menurut cerita, ada saja pelanggan yang tidak terima dirinya di-P2TL, lalu mengancam petugas PLN dengan benda-benda tajam. Tapi alhamdulillah saya tidak bertemu pelanggan semacam itu. Paling tegang hanya adu argumen saja.

Di akhir masa OJT, kami diuji lagi dengan sidang PA (Project Assignment) dan STO (Science & Technology Olympiad) yang mana penyusunannya dilakukan selama OJT berlangsung. Jadi di tengah kesibukan survey TNP2K, billing, P2TL, dan traveling 😂, kami juga sibuk menyiapkan laporan PA dan STO ini. Selain sidang, diadakan pula ujian tulis secara online terkait bidang masing-masing, namanya SIUJO (err..saya juga lupa ini kepanjangannya apa 😅).

Ujian selesai, hasil sudah diumumkan, alhamdulillah saya lulus walaupun tidak berharap dapat nilai bagus karena saat sidang, kelompok saya sedikit mengalami kesulitan. Kini tinggal menunggu pengumuman penempatan.

Hari itu saya menangis terisak di telepon, berbicara dengan ibu, karena dapat penempatan nun jauh di Sulawesi, sebuah tanah yang sungguh asing bagi saya. Ada 13 orang yang berangkat ke Sulawesi dari Lombok, ke-13 orang ini tidak ada yang tersenyum ketika sesi foto bersama berdasarkan penempatan. Hahaha. Mana komitmenmu bersedia ditempatkan di mana saja, Nak?

Sekian perjalanan saya hingga akhirnya 'terdampar' di Parepare ini. Masih bersyukur karena di sini masih lumayan ramai--mungkin hampir mirip Mataram, hanya saja di sini kotanya lebih kecil, tidak ada mall, dan tidak ada bioskop!