Wednesday 6 November 2019

Perjalanan Gala bersama Popok Sekali Pakai



Perkenalkan, Om/Tante, namaku Gala. Putra pertama kedua orang tuaku.

Pada kesempatan ini, aku mau bercerita tentang popok-popokku. Disimak yaa, Om/Tante.

Waktu aku baru lahir, suster di rumah sakit memakaikanku popok Mamypoko Extra Soft untuk newborn. Kebetulan sekali, ibu di rumah juga membeli popok yang sama untukku. Jadi selama kurang lebih seminggu, aku pakai popok ini sampai stok di rumah habis. Kulit pantatku tetap mulus, tidak ruam. Ibu juga suka dengan gambar-gambar di permukaan luar popok. Bikin semangat menggantikan popokku, katanya.

Nah, menjelang Mamypoko Extra Soft di rumah mau habis, ibu dan ayah dengan sigap langsung ke supermarket untuk mengisi stok popok dan membeli perlengkapanku yang lainnya. Tapi ternyata ibu memutuskan mencoba merk popok lain, yaitu Sweety Gold Comfort. Ibu beli yang isi banyak sekali. Padahal ternyata popoknya lebih ramping dibanding Mamypoko, jadi menurut ibu, popok itu agak kekecilan di pantatku.

Akhirnya ibu kembali membeli popok merk Mamypoko. Kali ini ibu ingin mencoba varian standar saja, namun tetap dengan tipe perekat. Aku sih sebenarnya lebih nyaman pakai yang extra soft, tapi mungkin terlalu boros buat ibu, karena dalam sehari aku bisa ganti popok delapan sampai sepuluh kali.

Yippie... Mamypoko tipe perekat yang varian standar ternyata cocok denganku. Akhirnya ibu membeli stok sangat banyak untuk ukuran NB-S. Saking banyaknya, hampir saja mau diberikan ke orang lain karena mulai kekecilan di pahaku. Setelah tipe perekat NB-S habis, ibu mencoba memakaikanku Mamypoko X-tra Kering tipe celana. Sayang sekali ternyata aku benar-benar tidak cocok dengan ini. Permukaan popoknya terlalu kasar di pantatku. Karet celananya juga terlalu kaku di kulit perutku yang masih sangat lembut, sehingga menimbulkan merah-merah, baik di selangkangan maupun area perut. Huhu. Aku tidak mau pakai itu lagi.

Gara-gara kulitku sempat merah-merah, akhirnya aku tidak dipakaikan pospak selama beberapa hari. Ibu dengan lincahnya memesan popok kain alias clodi. Ibu juga langsung pesan pospak terlembut menurut para mommies di forum online. Coba tebak popok apa? Nepia Genki! Jadi selama siang hari aku pakai clodi, dan malamnya aku pakai Nepia Genki. Dalam beberapa hari saja, aku sudah sembuh, yay!

Semenjak aku terkena ruam popok, ibu kapok membelikanku pospak Mamypoko X-Tra Kering tipe celana yang ternyata memang kasar menurut sebagian besar ulasan yang dibaca oleh ibu. Tapi itu bukan berarti ibu berhenti berburu pospak-pospak lain yang membuatnya penasaran.

Sejauh ini aku sudah memakai berbagai merk pospak. Terima kasih kepada ibu yang super mudah penasaran.

Merries Good Skin adalah favoritku. Permukaan popoknya halus, karet di pinggang juga tidak membekas di perutku. Sepertinya ini favorit ibu juga karena harganya terjangkau untuk kualitas sebagus itu. Ibu sering membeli ulang produk ini dan hingga sekarang, umurku sudah 4 bulan lebih, aku masih pakai Merries Good Skin. Dari yang pertama kali memakai size S, hingga sekarang aku sudah pakai size M, bahkan ada juga stok size L.

Pokana Surprise Design memang tidak sehalus Merries Good Skin, tapi karet pinggangnya tidak menimbulkan kemerahan seperti Mamypoko standar. Sayangnya permukaannya cepat lembab, uuh aku jadi kurang nyaman memakainya. Ibu hanya pernah membelikanku satu pak isi 20 popok size S.

Goon Smile Baby kecil sekali di pahaku yang jumbo ini. Ukuran S tidak muat saat aku bahkan belum berumur 2 bulan. Akhirnya sisa popok Goon disumbangkan ke saudara yang membutuhkan. Ibu kembali mencoba membeli Goon Smile Baby size M, ternyata tetap tidak terlalu besar bila dibandingkan dengan pospak merk lain dengan size yang sama.

Masih penasaran dengan merk Goon, ibu mencoba varian yang lebih bagus. Goon Excellent Soft adalah seri premium dari Goon. Popok ini sebenarnya memiliki ukuran lebih besar dibanding Smile Baby di size yang sama. Namun tetap saja ternyata pahaku masih lebih besar. Karena itu ibu memilih tidak membeli ulang produk Goon, baik yang standar maupun premium. Ibu terlanjur beli Goon Excellent Soft yang isi 62 + 6. Jadi aku sering dipakaikan ini supaya segera habis. Maka berakhirlah petualangan ibu dengan merk ini. Ternyata pahaku tidak bersahabat baik dengan Goon.

Aku belum cerita tentang Nepia Genki ya. Popok ini haluuus sekali. Aku sangat nyaman memakai ini di malam hari. Bahkan ketika aku pup dan baru ketahuan agak lama oleh ibu, pantatku tidak merah sama sekali. Sepertinya permukaan Nepia Genki menyerap dengan sangat baik, bahkan untuk pup sekalipun. Sayangnya harga pospak ini jauh lebih mahal dibanding yang lain. Jadi ibu hanya beli sekali dengan isi 64. Lumayan awet hingga saat ini aku berumur 4 bulan lebih, masih tersisa beberapa popok.

Nepia Genki awet hingga sekarang karena saat malam hari, ibu memakaikanku merk popok secara selang seling. Kadang Goon Excellent Soft (sekarang sudah habis), Sweety Gold Comfort (tipe celana lebih besar, dan waktu itu ada promo, ibu tidak bisa menahan diri kalau ada promo), dan Fitti Gold Tape.

Favoritku selanjutnya untuk popok malam hari adalah Fitti Gold Tape. Halusnya hampir sama dengan Nepia Genki, namun harganya jauh lebih terjangkau. Ibu membeli banyak sekali untuk stok jangka panjang. Bahkan ibu sudah membeli Fitti Gold Pants ukuran XL hanya karena mumpung ada stok harga promo di toko online. Tentu saja ukuran XL ini belum bisa kupakai karena masih terlalu besar.

Karena ibu puas dengan Fitti seri premium, ibu memutuskan mencoba Fitti seri standar alias Fitti Day Pants. Karetnya agak lebih kencang dibanding Merries Good Skin, kadang kulitku memerah kalau terlalu lama memakai ini. Padahal yang kupakai sudah size L, lho. Karena terlanjur beli banyak, akhirnya ibu tetap memakaikanku ini, diselang seling dengan Merries Good Skin dan Fluffy Pants.

Fluffy Pants kualitasnya mirip Fitti Day Pants namun karetnya tidak terlalu kencang. Kekurangannya adalah desainnya kurang menarik. Warnanya monoton putih dan ungu saja, tidak seperti Fitti Day Pants yang cukup warna-warni. Tapi tidak masalah sih, kan aku belum begitu paham juga, hehe.

Sebelum tipe celana ini, aku pernah pakai Fluffy tipe perekat. Ibu sangat kapok membelinya, aku juga tidak mau pakai lagi. Bahan luarnya sangat plastik. Perekatnya mirip seperti selotip yang buat bungkus kertas kado. Ibu tidak tega memakaikan popok ini lama-lama. Akhirnya aku pakai pospak ini hanya ketika menunggu waktu mandi pagi atau sore hari.

Tipe perekat lain yang pernah kucoba adalah Mamamia size L dan Baby Happy size M. Kualitas keduanya mirip. Mamamia size L sangat cocok denganku, namun ibu kesulitan mendapat stok di toko online. Baby Happy size M ternyata terlalu kecil untukku. Padahal Baby Happy size M tipe celananya sangat muat lho. Ternyata ibu baru sadar, ukuran berat bayi Baby Happy size M memang berbeda antara perekat dan celana.

Sekian cerita perjalanan popokku, ya, Om/Tante. Kapan-kapan saat ibu tidak sibuk, ibu akan buat rangkumannya. Aku mau bobok siang dulu.

Wednesday 17 October 2018

Review Acara Pernikahanku

Sekitar pukul 09.00 WIB, di tanggal 9, bulan ke-9 tahun 2018, saya resmi menjadi seorang istri dari Maseku. Maseku adalah panggilan sayang saya ke suami. Cie. Filosofinya sederhana sih, pak suami adalah orang Jogja yang sudah biasa kupanggil 'mas', dan entah kenapa, enakeun banget manggil dia 'mase', dan karena kami sudah menikah, saya jadi ingin mengakui dia milik saya. Jadilah Maseku atau Mase aku alias Mas-nya aku alias Mas punya aku. Haha.

Seluruh persiapan acara pernikahan kami, saya yang siapkan semua. Tentu saja dengan dibantu mamah yang punya andil besar, makasih, mamah... Dari mulai pencarian dan penentuan lokasi, katering, souvenir, undangan, busana, penanggung jawab dokumentasi, hingga MC. Seluruhnya murni saya cari melalui internet. Berani banget ya? Kalau dipikir-pikir, iya sih. Tapi internet bisa menjawab seluruh pertanyaan, setidaknya sebagian besar pertanyaan dasar, apakah vendor ini nyata atau fiktif, apakah hasilnya memuaskan, dll. Sisanya, serahkan ke Allah untuk mohon pertolongan dari-Nya.

Nah berikut ini saya akan mereview dewa dewi penolong saya selama berlangsungnya acara pernikahan saya kemarin. Plus bocoran harganya juga!

Yang pertama saya mau review perias saya, eh saya doang nih yang dirias? Iya, karena orang tua saya dan orang tua mase tidak mau ribet rias-riasan. Penerima tamu, saya minta tolong adik dan adik sepupu saya yang keduanya juga tidak memerlukan riasan. Saya sewa jasa rias lewat instagram, namanya maisun_makeup. Awalnya malah saya nggak kepengen dirias, karena saya nggak PD kalau orang-orang melihat saya apalagi dalam kondisi dirias. Tapi karena ada kekhawatiran muka bakal berminyak dan terlalu tampak kusam, akhirnya saya cari-cari jasa rias yang harganya masuk logika saya, karena saya bukan pecinta make up. Dari sekian banyak, saya pilih maisun, dengan harga Rp 500.000. Da, lo ga lagi ngirit kan, masa acara nikahan lo, lo pake riasan 500 ribu? Lha kan malahan awalnya gw ga pengen dirias... ngeluarin gope buat rias tuh sebenernya udah ditega-tegain, hahaha. Gw mikirnya 500 ribu bisa beli gorengan dan pentol segambreng, atau nambah porsi katering berapa puluh. Alhamdulillah nya punya ortu dan mertua dan keluarga yang nggak banyak komentar, jadi aman-aman aja gw milih jasa rias pernikahan dengan harga segitu, hehe. Hasil riasannya oke, sesuai dengan keinginan gw yang nggak mau terlalu tajam warnanya, yang penting muka gw selama acara ga kusam, dah itu doang maksud dan tujuan gw ambil jasa rias.

Untuk MC, awalnya saya coba cari di situs sejasa.com, dan dapatlah tawaran dari MC atas nama Rizal Anugrah. Di sana tertera profilnya yang cukup lengkap. Saya juga cek akun media sosialnya. Setelah saya yakin dia kandidat terbaik, saya tawarkan ke mase, mase setuju. Akhirnya dialah yang membantu acara saya berjalan lancar di tanggal 9 September kemarin. Orangnya asik, banyak kasih masukan saat sebelum acara dimulai. Kemarin dia datang didampingi asistennya. Jasa sewa di sejasa.com Rp 750.000 untuk memandu acara dari sekitar jam 9 pagi sampai jam 12 siang. Tapi doi sudah stand by di lokasi dari sekitar jam setengah 7 pagi. Thanks, Kak Rizal dan asisten!

Untuk dokumentasi, saya pilih Dyslexia Photograph, dan saya tidak ragu sedikitpun sih. Saya sudah lihat hasil jepret-jepretnya di akun instagram mereka. Saya dan mase langsung jatuh hati gitu, haha. Jadi nggak pakai babibu lagi, saya langsung transfer DP 30% ke mereka. Waktu itu sebenernya saya sempat galau antara pakai Dyslexia atau Ahza. Harganya beda tipis, tapi yang Ahza ini sudah dapat video cinematic, sementara Dyslexia belum. Tapi setelah diskusi sama mase akhirnya kami tetap memilih Dyslexia. Harga yang mereka tawarkan sebenarnya mulai dari Rp 6.500.000 yang paling murah, namun setelah saya sampaikan gambaran acara saya, mereka menawarkan harga Rp 4.000.000. Harga tersebut termasuk 1 buah album (magazine type), 1 foto pembesaran plus bingkai sebesar 16R, video dokumentasi full, all data (photo & video). Pas hari H, mereka datang pagi sebelum jam 6 kayaknya. Tim yang datang sebanyak empat orang, dua orang sebagai fotografer, sisanya videografer. Keempatnya sangat sigap dan sangat membantu mengarahkan proses pengambilan foto. Pokoknya puas deh dengan pelayanan mereka kemarin. Btw, album hasil jepret-jepretnya belum sampai hingga hari ini, huhu.

Untuk busana, akhirnya kami putuskan untuk menyewa saja. Padahal niat awal mau menjahit, biar sewaktu-waktu bisa dipakai kondangan. Namun karena menjahit butuh waktu minimal dua bulan, akhirnya batal niat itu. Kami sewa busana di teh Wulan. Saya tahu kontak dia dari, of course, internet. Nama instagramnya arsyrias. Jasa sewanya Rp 750.000 + Rp 100.000 untuk sewa aksesoris kerudung. Rp 750.000 itu termasuk busana pengantin wanita, busana pengantin pria, lengkap dengan sepatu/selop untuk masing-masing busana. Busananya bagus, saya suka. Awalnya mau pakai yang warna hijau, eh pas datang untuk fitting ke rumah teh Wulan, malah tertarik sama warna krem, jadilah akhirnya sewa yang warna krem

Selanjutnya souvenir. Awalnya saya mau pakai souvenir yang mendukung slogan go green, seperti bibit tanaman. Tapi setelah berbincang dengan mase, dia kelihatan kurang antusias, jadi saya berasumsi dia kurang suka. Jadinya saya pilih souvenir mainstream, dompet mini. Saya pesan dompet mini di Candy Souvenir, basisnya di Bandung, ada instagramnya juga kalau mau cek model-modelnya. Bahannya kanvas lumayan tebal, dan ada furing di bagian dalamnya. Top deh. Harga? Sekitar 4 ribuan, saya lupa. Proses pengerjaan dan pengirimannya juga cepat. Nggak makan hati kayak satu vendor lain yang nanti akan saya ceritakan selanjutnya. Intinya, Candy Souvenir bisa jadi salah satu pilihan kamu yang lagi cari jasa pembuatan souvenir.

Jadiii... ada satu vendor yang bikin deg-degan banget, bahkan membuat hidup saya drama selama beberapa hari. Ngomel-ngomel lah, nangis lah...heuheu. Dia adalah vendor undangan cetak. Respon mereka itu sangat lama saat undangan saya masih proses desain. Saat sudah selesai proses desain, proses kirim ke jasa pengirimannya juga kurang sigap. Sampai akhirnya undangan tersebut sampai ke rumah saya di Sumedang molor dari jadwal. Harusnya saya bisa ambil undangan tersebut saat saya sedang ada di rumah. Karena molor, jadinya harus dikirim lagi ke Parepare, butuh dana lagi, butuh waktu lagi... padahal acara saya sudah hampir seminggu lagi, dan saya masih harus kirim undangan ke luar kota. Alamat vendor ini di Bekasi. Kalau mau tau nama vendornya, kirim email aja ke saya. Untuk harganya bervariasi, kemarin saya pesan yang harga Rp 3.500, dengan minimal pemesanan 300 pcs.

Selain bikin undangan cetak, saya dan mase juga menyiapkan undangan video. Kami pesan melalui instagram di qamila_project. Harganya  Rp 100.000, tapi karena ada kesalahan dan saya harus merevisi itu, saya tambah Rp 30.000 untuk revisi. Proses pembuatannya cepat, seingat saya nggak sampai seminggu. Hasilnya juga saya suka. Recommended.

Terakhir dan yang sangat penting. Vendor katering sekaligus gedung. Kami putuskan untuk memercayakan hari spesial kami ditangani oleh Rumah Makan Ponyo yang berlokasi di Cinunuk. Kami mengambil paket Patuha yang berharga Rp 77.000 per pax. Dengan segala tetek bengeknya, akhirnya kami membayar Rp 25.225.000 untuk gedung, dekorasi, katering, sarapan, sound system. Semuanya ditangani oleh RM Ponyo Cinunuk. Alhamdulillah kami sangat puas dengan pelayanan mereka, makanannya enak-enak, sisa kelebihan makanan bisa dibawa pulang, dan dekorasinya, segitu mah udah bagus buat saya dan mase yang emang nggak pengen aneh-aneh. Kekurangannya hanya satu, yakni lokasi tempat di daerah macet. Kalau untuk halaman parkir, fasilitas, rasa makanan, pelayanan, semuanya sangat baik. Recommended lah pokoknya kalau kamu nggak terlalu mementingkan satu hal minus yang saya sebutkan sebelumnya.

Nah gais, coba aja ditotal berapa biaya pernikahan saya, cuma sekitar 30an juta. Walaupun buat saya, itu bukan 'cuma'. Biaya ini murni kami pakai uang tabungan kami sendiri, tanpa dibayarin ortu samasekali, eh ada sih mamah ikut bayarin ongkir undangan cetak yang molor nyampenya, sekitar 200 ribuan. Tapi selebihnya kami bayar sendiri, dibagi dua antara saya dan mase. Saya bikin rincian penganggaran biaya dan pencatatan pembayaran ke setiap vendor. Saya buat di Microsoft Excel dan setiap ada perubahan, saya informasikan ke mase.

Apakah saya over budget? Enggak! Malah kurang dari budget, selisih sekitar 4 jutaan. Jadi memang kami dari awal nggak membuat anggaran yang berlebihan untuk acara pernikahan kami. Kami anggarkan 40 jutaan, atau mentok-mentok 50 juta, itu udah paling banyak. Eh alhamdulillah realisasinya jauh dari itu. Pikiran saya dan mase satu frekuensi, begitu juga ortu dan mertua. Mereka bukannya pelit, mereka bukannya tidak mau punya acara mewah, mereka hanya realistis. Puluhan juta hanya untuk acara satu hari, jauh lebih baik dipakai untuk persiapan rumah tangga selanjutnya. Untuk beli buku anak-anak, untuk sekolah, untuk beli mainan edukatif, untuk liburan juga bisa, eaa... Bersyukur banget ada di lingkungan yang satu frekuensi pemikirannya. Nggak banyak komentar, nggak banyak tuntutan, semuanya murni diserahkan ke saya dan mase yang punya acara. Dan kyak gini tuh jadinya udah termasuk pernikahan impian saya banget. Walaupun tetap ada kekurangannya sih di acara kami kemarin, adanya ikhtilat pria dan wanita, serta hadirnya musik. Semoga acara anak-anak kami nanti bisa lebih disempurnakan lagi, aamiin.

Buat kamu yang sedang dalam persiapan acara pernikahan dan tertarik lihat pencatatan yang saya buat, boleh kirim email ke saya. Happy wedding! Eh, kok ga nyambung.

Thursday 20 September 2018

Pre-Glowhm 2

Pada tanggal 10 September 2018, akhirnya kami putuskan untuk tetap berangkat ke Lombok, mengesampingkan kondisi di sana yang sedang darurat gempa.

Pukul 8 pagi kami berangkat dari rumah di Sumedang menuju bandara Hussain Sastranegara. Penerbangan kami pukul 10 pagi, lumayan mepet, tapi alhamdulillah lancar hingga sempat menunggu di ruang tunggu bandara sekitar 15 menit sebelum pengumuman panggilan boarding.

Akibat sok-sok-an cuma makan sedikit sebelum berangkat tadi, perutku keroncongan selama menunggu di bandara. Tapi aku tidak bilang apa-apa sama mase, aku cuma bilang haus. Eh tiba-tiba dia bilang mau ke Roti O. Dan pas datang, dia beli 1 botol air mineral, 1 roti O yang bulat, dan 1 roti keju yang enak banget yang aku tidak tahu namanya apa. Pikirku, "Jadi gini rasanya dijajanin suami." Nyaww...

Sekitar pukul 1 siang WITA, kami sampai di bandara Denpasar, transit dulu beberapa jam. Akhirnya di tempat inilah kami melepaskan rasa lapar di sebuah kedai soto madura, hmm... lupa namanya apa. Yang pasti sih harganya buat kami berdua itu cukup mahal, seporsinya sekitar 50 ribu. Isinya juga sedang-sedang saja, ga terlalu banyak juga. Tapi untuk rasanya, muantep, pas banget di lidah, tidak terlalu asin tapi juga tidak hambar.

Setelah delay satu jam, akhirnya kami mendengar panggilan boarding pesawat menuju Lombok. Yay, here we go! I can't wait to get lost with him in Lombok!!

So that is what Glowhm means...

Wednesday 25 July 2018

Pre-Glowhm

Anaknya tuh jarang main jauh-jauh, malah nggak pernah. Pertama kali ngerasain main jauh dan sendirian tuh ya waktu ke Lombok. Nggak tanggung-tanggung, si anak yang nggak pernah main jauh ini tinggal di Lombok selama tiga bulan. Kebayang kan, kayak apa noraknya ini anak pas selama di sana.

Dan nggak sampai dua bulan dari sekarang, si anak bakal mengunjungi kota penuh memori ini lagi. Kali ini nggak sendirian, ya walaupun yang sebelumnya juga nggak sendirian sih. Kali ini si anak bakal main bareng suaminya. Iya, si anak bakal udah nikah...nanti saat di Lombok, insya Allah.

Eh iya, judul postingan ini kok alay banget sih. Nanti kapan-kapan kuceritain tentang itu. Biar tulisan ini bersambung. Biar penulisnya semangat nge-blog.

Tuesday 26 June 2018

Syukur

Saat ada yang bisa bayar uang kuliah dan saya tidak, saya bersyukur ada tangan dermawan yang membantu saya selama saya kuliah.
Saat ada yang bisa punya motor sendiri dan saya tidak, saya bersyukur ada ibu yang bisa mengantar saya dan ongkos yang cukup untuk naik angkot.
Saat ada yang punya novel banyak dan saya tidak, saya bersyukur kampus saya punya fasilitas  perpustakaan yang isinya tidak hanya buku nonfiksi.
Saat ada yang tinggal di rumah pinggir jalan dan tidak berdempetan di dalam gang dan tidak seperti saya, saya bersyukur orang tua saya mampu menaungi anak-anaknya dari hujan dan panas.
Saat ada yang punya cukup waktu istirahat setelah pulang kuliah dan saya harus mengajar privat demi sedikit upah, saya bersyukur ilmu saya berguna untuk mereka dan kami.

Bersyukurlah, maka Allah akan menambah nikmat-Nya.

Monday 26 March 2018

Me Vs Disk 100% Windows 10


Sebal sekali saat sedang ‘asyik’ kerja, tiba-tiba laptop nge-freeze dan nggak bisa diapa-apakan. Jalan satu-satunya adalah mematikan paksa dengan menekan tombol power sampai layar mati. Beberapa waktu lalu saya pernah berkonsultasi dengan petugas IT di kantor. Dia lalu membuka Task Manager dan menunjukkannya kepada saya, katanya itu gara-gara Memory yang mencapai 100%  saat digunakan. Akhirnya saat itu beberapa aplikasi di-uninstall oleh petugas tersebut. Selama beberapa minggu laptop saya kantor itu baik-baik saja, tidak pernah nge-freeze lagi.

Dan hari ini saya muak dengan tingkah nge-freeze-nya yang kembali kambuh, padahal baru pukul 9 pagi, belum kerja berat, aplikasi yang dibuka baru satu jendela windows explorer dan beberapa file excel, ditambah browser berisi 5 tabs. Untuk laptop dengan RAM 8GB, berprosesor Intel Core i7 quad-core masing-masing 2,5Ghz, sepertinya sungguh keterlaluan jika harus stuck untuk pekerjaan remeh begitu. Akhirnya saya teringat diagnosa petugas IT beberapa minggu lalu. Saya buka Task Manager dan menemukan angka pada Disk mencapai 100%. WTFrenchFries, kok bisa. Lalu saya meng-Google permasalahan ini, dan menemukan sebuah website menawarkan 8 metode  mengatasi Disk 100% pada Task Manager. Kamu bisa cek DI SINI.

Setelah saya baca-baca, saya hanya berani melakukan metode ke-7, Fix your storAHCI.sys drivers. Namun, setelah saya ikuti langkah-langkah di metode ke-7 dan menyalakan ulang laptop, Disk saya masih menunjukkan angka 100%, padahal posisinya baru dinyalakan, belum ada aplikasi yang saya buka, kecuali Task Manager untuk mengecek kapasitas Disk.

Saya membaca ulang halaman website yang tadi dan akhirnya memutuskan untuk mencoba metode ke-4, Reset virtual memory. Hasilnya? Sukses. Disk menunjukkan angka normal, tidak 100% tanpa sebab lagi.

Seperti biasa, ini baru postingan pengantar saja, curhat dulu, senang gara-gara berhasil  menang perang sama Disk 100%, wkwk. Tutorialnya akan saya post sepulang kantor, insya Allah.

Sunday 28 January 2018

Markibung!

Dari dulu saya sukaaa sekali sama buku. Saya lebih milih main ke toko buku daripada main ke Timezone. Bacaan favorit saya jaman SD adalah majalah Bobo, seneng banget ngoleksi itu sampai pernah berdoa agar bisa berlangganan Bobo selamanya. Saya juga suka baca komik dan novel ringan, sampai saya daftar jadi anggota Taman Bacaan Lovy. Biasanya saya pinjam One Piece, Kobochan, Monika, kumpulan cerpen, Goosebumps, daan masih banyak lagi, entahlah saya lupa.

Mulai SMP saya belajar baca novel yang lebih tebal. Perkenalan pertama dengan Harry Potter and The Chamber of Secret. Saya baca itu setelah berkunjung ke rumah teman dan malah diajak nonton film Harpot, eh suka, eh ketagihan. Kebetulan om saya dulu pernah punya perpustakaan kecil-kecilan, dan salah satu koleksinya itu serial Harpot. Saya menemukan novel kedua serial Harpot itu terbengkalai di rak bawah meja tamu, makanya saya bawa saja tanpa izin si pemilik, hhe.

Zaman berubah, teknologi mulai menguasai setiap lini kehidupan. Smartphone menjamur, semua orang dari anak-anak sampai kakek-nenek sudah terbiasa dengan barang satu ini. Dampak positifnya, sekarang informasi apapun sangat mudah didapat melalui layar kecil itu. Dampak negatifnya, itu terlalu mudah, membuat otak kurang berlatih, kurang nge-gym. Apa yang ada di smartphone juga sering membuai si pemilik, salah satunya games. Saya ikut merasakan dampak negatif itu. Saya sadar perubahan pada hobi saya. Saya sudah kurang terbiasa lagi membaca novel-novel tebal, kalaupun saya baca, pasti memakan waktu lama, padahal dulu Harry Potter and The Goblet of Fire saya habiskan kurang dari seminggu.

Saya tidak ingin generasi saya selanjutnya terkena dampak negatif smartphone. Saya harus membuat mereka senang membaca, haus akan ilmu, belajar sungguh-sungguh, berpikir hingga lelah, berkarya seorisinal mungkin, bukan asal copy-paste dari hasil pencarian di Google, mencontek itu namanya, no no no, tidak boleh.

Dan saya menemukan hal-hal menggemaskan ini.



Saya tidak sabar membeli itu semua, saya tidak sabar membacakan cerita-cerita, menemani mereka bermain sambil belajar,  menjawab pertanyaan-pertanyaan polos yang mengejutkan, pokoknya saya ingin memberikan yang terbaik pada masa golden age-nya. Tidak murah, tapi bukan sesuatu yang terlalu mahal untuk investasi jangka panjang. Saya akan usahakan yang terbaik. Markibung, mari kita nabung!