Wednesday 17 October 2018

Review Acara Pernikahanku

Sekitar pukul 09.00 WIB, di tanggal 9, bulan ke-9 tahun 2018, saya resmi menjadi seorang istri dari Maseku. Maseku adalah panggilan sayang saya ke suami. Cie. Filosofinya sederhana sih, pak suami adalah orang Jogja yang sudah biasa kupanggil 'mas', dan entah kenapa, enakeun banget manggil dia 'mase', dan karena kami sudah menikah, saya jadi ingin mengakui dia milik saya. Jadilah Maseku atau Mase aku alias Mas-nya aku alias Mas punya aku. Haha.

Seluruh persiapan acara pernikahan kami, saya yang siapkan semua. Tentu saja dengan dibantu mamah yang punya andil besar, makasih, mamah... Dari mulai pencarian dan penentuan lokasi, katering, souvenir, undangan, busana, penanggung jawab dokumentasi, hingga MC. Seluruhnya murni saya cari melalui internet. Berani banget ya? Kalau dipikir-pikir, iya sih. Tapi internet bisa menjawab seluruh pertanyaan, setidaknya sebagian besar pertanyaan dasar, apakah vendor ini nyata atau fiktif, apakah hasilnya memuaskan, dll. Sisanya, serahkan ke Allah untuk mohon pertolongan dari-Nya.

Nah berikut ini saya akan mereview dewa dewi penolong saya selama berlangsungnya acara pernikahan saya kemarin. Plus bocoran harganya juga!

Yang pertama saya mau review perias saya, eh saya doang nih yang dirias? Iya, karena orang tua saya dan orang tua mase tidak mau ribet rias-riasan. Penerima tamu, saya minta tolong adik dan adik sepupu saya yang keduanya juga tidak memerlukan riasan. Saya sewa jasa rias lewat instagram, namanya maisun_makeup. Awalnya malah saya nggak kepengen dirias, karena saya nggak PD kalau orang-orang melihat saya apalagi dalam kondisi dirias. Tapi karena ada kekhawatiran muka bakal berminyak dan terlalu tampak kusam, akhirnya saya cari-cari jasa rias yang harganya masuk logika saya, karena saya bukan pecinta make up. Dari sekian banyak, saya pilih maisun, dengan harga Rp 500.000. Da, lo ga lagi ngirit kan, masa acara nikahan lo, lo pake riasan 500 ribu? Lha kan malahan awalnya gw ga pengen dirias... ngeluarin gope buat rias tuh sebenernya udah ditega-tegain, hahaha. Gw mikirnya 500 ribu bisa beli gorengan dan pentol segambreng, atau nambah porsi katering berapa puluh. Alhamdulillah nya punya ortu dan mertua dan keluarga yang nggak banyak komentar, jadi aman-aman aja gw milih jasa rias pernikahan dengan harga segitu, hehe. Hasil riasannya oke, sesuai dengan keinginan gw yang nggak mau terlalu tajam warnanya, yang penting muka gw selama acara ga kusam, dah itu doang maksud dan tujuan gw ambil jasa rias.

Untuk MC, awalnya saya coba cari di situs sejasa.com, dan dapatlah tawaran dari MC atas nama Rizal Anugrah. Di sana tertera profilnya yang cukup lengkap. Saya juga cek akun media sosialnya. Setelah saya yakin dia kandidat terbaik, saya tawarkan ke mase, mase setuju. Akhirnya dialah yang membantu acara saya berjalan lancar di tanggal 9 September kemarin. Orangnya asik, banyak kasih masukan saat sebelum acara dimulai. Kemarin dia datang didampingi asistennya. Jasa sewa di sejasa.com Rp 750.000 untuk memandu acara dari sekitar jam 9 pagi sampai jam 12 siang. Tapi doi sudah stand by di lokasi dari sekitar jam setengah 7 pagi. Thanks, Kak Rizal dan asisten!

Untuk dokumentasi, saya pilih Dyslexia Photograph, dan saya tidak ragu sedikitpun sih. Saya sudah lihat hasil jepret-jepretnya di akun instagram mereka. Saya dan mase langsung jatuh hati gitu, haha. Jadi nggak pakai babibu lagi, saya langsung transfer DP 30% ke mereka. Waktu itu sebenernya saya sempat galau antara pakai Dyslexia atau Ahza. Harganya beda tipis, tapi yang Ahza ini sudah dapat video cinematic, sementara Dyslexia belum. Tapi setelah diskusi sama mase akhirnya kami tetap memilih Dyslexia. Harga yang mereka tawarkan sebenarnya mulai dari Rp 6.500.000 yang paling murah, namun setelah saya sampaikan gambaran acara saya, mereka menawarkan harga Rp 4.000.000. Harga tersebut termasuk 1 buah album (magazine type), 1 foto pembesaran plus bingkai sebesar 16R, video dokumentasi full, all data (photo & video). Pas hari H, mereka datang pagi sebelum jam 6 kayaknya. Tim yang datang sebanyak empat orang, dua orang sebagai fotografer, sisanya videografer. Keempatnya sangat sigap dan sangat membantu mengarahkan proses pengambilan foto. Pokoknya puas deh dengan pelayanan mereka kemarin. Btw, album hasil jepret-jepretnya belum sampai hingga hari ini, huhu.

Untuk busana, akhirnya kami putuskan untuk menyewa saja. Padahal niat awal mau menjahit, biar sewaktu-waktu bisa dipakai kondangan. Namun karena menjahit butuh waktu minimal dua bulan, akhirnya batal niat itu. Kami sewa busana di teh Wulan. Saya tahu kontak dia dari, of course, internet. Nama instagramnya arsyrias. Jasa sewanya Rp 750.000 + Rp 100.000 untuk sewa aksesoris kerudung. Rp 750.000 itu termasuk busana pengantin wanita, busana pengantin pria, lengkap dengan sepatu/selop untuk masing-masing busana. Busananya bagus, saya suka. Awalnya mau pakai yang warna hijau, eh pas datang untuk fitting ke rumah teh Wulan, malah tertarik sama warna krem, jadilah akhirnya sewa yang warna krem

Selanjutnya souvenir. Awalnya saya mau pakai souvenir yang mendukung slogan go green, seperti bibit tanaman. Tapi setelah berbincang dengan mase, dia kelihatan kurang antusias, jadi saya berasumsi dia kurang suka. Jadinya saya pilih souvenir mainstream, dompet mini. Saya pesan dompet mini di Candy Souvenir, basisnya di Bandung, ada instagramnya juga kalau mau cek model-modelnya. Bahannya kanvas lumayan tebal, dan ada furing di bagian dalamnya. Top deh. Harga? Sekitar 4 ribuan, saya lupa. Proses pengerjaan dan pengirimannya juga cepat. Nggak makan hati kayak satu vendor lain yang nanti akan saya ceritakan selanjutnya. Intinya, Candy Souvenir bisa jadi salah satu pilihan kamu yang lagi cari jasa pembuatan souvenir.

Jadiii... ada satu vendor yang bikin deg-degan banget, bahkan membuat hidup saya drama selama beberapa hari. Ngomel-ngomel lah, nangis lah...heuheu. Dia adalah vendor undangan cetak. Respon mereka itu sangat lama saat undangan saya masih proses desain. Saat sudah selesai proses desain, proses kirim ke jasa pengirimannya juga kurang sigap. Sampai akhirnya undangan tersebut sampai ke rumah saya di Sumedang molor dari jadwal. Harusnya saya bisa ambil undangan tersebut saat saya sedang ada di rumah. Karena molor, jadinya harus dikirim lagi ke Parepare, butuh dana lagi, butuh waktu lagi... padahal acara saya sudah hampir seminggu lagi, dan saya masih harus kirim undangan ke luar kota. Alamat vendor ini di Bekasi. Kalau mau tau nama vendornya, kirim email aja ke saya. Untuk harganya bervariasi, kemarin saya pesan yang harga Rp 3.500, dengan minimal pemesanan 300 pcs.

Selain bikin undangan cetak, saya dan mase juga menyiapkan undangan video. Kami pesan melalui instagram di qamila_project. Harganya  Rp 100.000, tapi karena ada kesalahan dan saya harus merevisi itu, saya tambah Rp 30.000 untuk revisi. Proses pembuatannya cepat, seingat saya nggak sampai seminggu. Hasilnya juga saya suka. Recommended.

Terakhir dan yang sangat penting. Vendor katering sekaligus gedung. Kami putuskan untuk memercayakan hari spesial kami ditangani oleh Rumah Makan Ponyo yang berlokasi di Cinunuk. Kami mengambil paket Patuha yang berharga Rp 77.000 per pax. Dengan segala tetek bengeknya, akhirnya kami membayar Rp 25.225.000 untuk gedung, dekorasi, katering, sarapan, sound system. Semuanya ditangani oleh RM Ponyo Cinunuk. Alhamdulillah kami sangat puas dengan pelayanan mereka, makanannya enak-enak, sisa kelebihan makanan bisa dibawa pulang, dan dekorasinya, segitu mah udah bagus buat saya dan mase yang emang nggak pengen aneh-aneh. Kekurangannya hanya satu, yakni lokasi tempat di daerah macet. Kalau untuk halaman parkir, fasilitas, rasa makanan, pelayanan, semuanya sangat baik. Recommended lah pokoknya kalau kamu nggak terlalu mementingkan satu hal minus yang saya sebutkan sebelumnya.

Nah gais, coba aja ditotal berapa biaya pernikahan saya, cuma sekitar 30an juta. Walaupun buat saya, itu bukan 'cuma'. Biaya ini murni kami pakai uang tabungan kami sendiri, tanpa dibayarin ortu samasekali, eh ada sih mamah ikut bayarin ongkir undangan cetak yang molor nyampenya, sekitar 200 ribuan. Tapi selebihnya kami bayar sendiri, dibagi dua antara saya dan mase. Saya bikin rincian penganggaran biaya dan pencatatan pembayaran ke setiap vendor. Saya buat di Microsoft Excel dan setiap ada perubahan, saya informasikan ke mase.

Apakah saya over budget? Enggak! Malah kurang dari budget, selisih sekitar 4 jutaan. Jadi memang kami dari awal nggak membuat anggaran yang berlebihan untuk acara pernikahan kami. Kami anggarkan 40 jutaan, atau mentok-mentok 50 juta, itu udah paling banyak. Eh alhamdulillah realisasinya jauh dari itu. Pikiran saya dan mase satu frekuensi, begitu juga ortu dan mertua. Mereka bukannya pelit, mereka bukannya tidak mau punya acara mewah, mereka hanya realistis. Puluhan juta hanya untuk acara satu hari, jauh lebih baik dipakai untuk persiapan rumah tangga selanjutnya. Untuk beli buku anak-anak, untuk sekolah, untuk beli mainan edukatif, untuk liburan juga bisa, eaa... Bersyukur banget ada di lingkungan yang satu frekuensi pemikirannya. Nggak banyak komentar, nggak banyak tuntutan, semuanya murni diserahkan ke saya dan mase yang punya acara. Dan kyak gini tuh jadinya udah termasuk pernikahan impian saya banget. Walaupun tetap ada kekurangannya sih di acara kami kemarin, adanya ikhtilat pria dan wanita, serta hadirnya musik. Semoga acara anak-anak kami nanti bisa lebih disempurnakan lagi, aamiin.

Buat kamu yang sedang dalam persiapan acara pernikahan dan tertarik lihat pencatatan yang saya buat, boleh kirim email ke saya. Happy wedding! Eh, kok ga nyambung.

No comments:

Post a Comment

What do you think about my post?