Wednesday, 8 November 2017

Sebuah Permulaan




Rabu sore yang cerah dan dingin setelah diguyur hujan, meja kerja Julia

Julia termenung di depan laptop sambil menggerakkan naik-turun kedua jari telunjuknya di atas keyboard. Sudah tiga hari sebuah draf email tak kunjung dikirimnya.

Gila aja gue ngirim ginian ke Sid, bisa ke-GR-an tu anak.

Tapi gue penasaran sama kabar mereka di sana.

Anak-anak itu, penyelamat masa remaja gue.

Julia bangkit dari kursinya. Mengambil gelas di atas meja kecil di seberang meja kerjanya, yang memang dikhususkan untuk tempat makanan dan minuman. Ia kembali ke kursinya lalu menyeruput teh manis yang sudah dingin.

Diliriknya kembali isi draf email itu.

Kepada: Sidharta
Subjek: Sid, gue kangen!

Sid!
Serius lo ga kangen sama gue?
Sid!
Iya, gue yang kangen banget sama lo.
Sid!
Gue harap bisa segera bertemu lo.
Sid???!!!
Balas email ini, ASAP!
Kalo engga, kalo engga...
Kalo engga, gue bakal spam kangen terus ke inbox lo.


From Julia with love,
Rahasia

NB: ga usah pura-pura ga kenal, apa lagi ga kangen sama gue

Big no! Elo ga boleh ngirim ini ke Sid, Jules.

Julia berniat menutup halaman email itu. Niat yang tidak didukung dengan gerak jemari yang lebih mengikuti hati kecil. Telunjuknya malah menekan mouse  tepat pada saat pointer menunjuk tombol ‘Kirim’.

Bego.

Tolol.

Mati, lo, Jules.

Siap-siap dikutuk habis-habisan sama tu bocah.

No comments:

Post a Comment

What do you think about my post?