Kali ini saya mau berbagi pengalaman saya membaca Last
Minute in Manhattan karya Yoana Dianika. Saya akan mengulasnya perbab. Mariii
:-)
Eh, tunggu. Bab-bab di novel ini ternyata ada di 2nd
Diary-nya Callysta, cewek imut tokoh utama kita. Bingung? Novel ini terbagi
menjadi dua, ada 1st Diary dan 2nd Diary. Di 1st Diary, Callysta menceritakan
alasannya pindah ke Amerika. Alasannya adalah.... nyokapnya ninggalin dia,
kemudian nyokapnya menikah lagi dengan ayah selingkuhan pacarnya. Sounds complicated? Saya coba uraikan,
ya.
Ibu Callysta bercerai dengan ayah Callysta. Tidak lama ia
menikah dengan seorang pengusaha asal Singapura. Pengusaha itu memiliki putri
bernama Magdalena. Magdalena itu adalah selingkuhan Abram. Dan Abram itu tidak
lain dan tidak bukan merupakan kekasih Callysta.
Itulah konflik di awal pengenalan novel ini. Cukup menarik,
walaupun terdengar hampir tidak mungkin terjadi di dunia nyata, kecuali kalau
memang sedang apes -_- .
Okay, now, let’s get
into them!
2nd Diary
01.
The future is waiting
for you to open your arms to it
Go! Go! Go!
Callysta akhirnya pindah ke Amerika, tepatnya ke negara
bagian California (CA). Di sana ia tinggal dengan ibu tirinya, Sophie, dan adik
tirinya, Mark. Sementara ayahnya masih harus tinggal di Indonesia untuk
keperluan bisnis.
Tempat tinggal Sophie terletak di Hermosa Beach, salah satu
kota dekat pantai di CA.
Di bab 1 ini Callysta menceritakan kesan pertamanya tentang
rumah barunya di Hermosa Beach. Dan terus terang, saya kagum dengan kak Yoana
yang mampu menceritakan detail Hermosa dengan apik, hingga membuat saya penasaran
untuk terjun ke TKP (baca: meng-Google tempat-tempat yang disebutkan).
Kompleks
perumahan ini menghadap langsung ke sebuah jalan beraspal dengan lebar
kira-kira lima sampai enam meter. Jalan tersebut dibatasi dengan dinding
panjang sepinggang yang berbatasan langsung dengan pasir pantai. Lampu-lampu
jalan berjajar di sepanjang dinding pembatas jalan. (hal. 32)
Bandingkan paragraf di hal. 32 tersebut dengan gambar di
atas. Persis, bukan?
Menyatu
dengan pier, terdapat bangunan kotak
kayu dua lantai, bercat putih dengan atap bercat hitam, bertuliskan:
1201
Los Angeles
Country
Fire
Department
Lifeguard
Operations
City
of Hermosa Beach
(hal. 32)
Bangunan putih yang dimaksud adalah yang saya lingkari, ini gambar
lebih jelasnya:
Tulisan yang terlihat pudar itulah yang bertuliskan
kata-kata ini:
1201
Los Angeles
Country
Fire
Department
Lifeguard
Operations
City
of Hermosa Beach
Dari kejauhan, terlihat cluster perumahan yang menyemut—tetapi terpetak-petak dan tertata rapi. Berhiaskan dengan lekukan lembah dan pegunungan CA yang memanjakan mata. (hal. 33)
Khusus untuk latar di paragraf halaman
33 (nunjuk atas), saya belum menemukan gambarnya :-(
Di bab 01 ini saya cukup terkesan
dengan gaya penulisan kak Yoana dan memutuskan untuk ingin terus menikmatinya
sampai habis. Lho, memang biasanya tidak ingin menyelesaikan satu novel? Yah,
kadang begitu. Kalau di awal saja sudah membosankan, biasanya butuh waktu lama
bagi saya untuk menyelesaikan satu novel, atau paling parahnya saya tidak akan
menyelesaikannya :-P .
02.
Those feelings that shine in your eyes
You feel them before you even think them
Di awal bab Cally menceritakan
keadaan kamar tidurnya yang berukuran sebelas meter dengan segala perabotan di
dalamnya. Callysta mulai merindukan sahabat-sahabatnya di Indonesia: Irfan,
Bima, Nelly, Cintya, dan Jose. Dan papanya, tentu saja.
Ceritanya si Cally lagi kangen
berat plus galau karena harus tinggal jauh dari orang-orang yang ia sayangi di
Indonesia. Mark yang dari awal terlihat sangat manis dan penuh perhatian
terhadap kakak tirinya, ingin mengajak Cally jalan-jalan. Cally hampir memenuhi
ajakan Mark, tapi email dari Abram membuatnya tidak semangat dan kembali galau.
Ujung-ujungnya kasurlah tempat terakhirnya berlabuh.
Singkat cerita, akhirnya Cally
mau diajak jalan-jalan. Mark mengajaknya ke surfer
statue untuk menemui temannya, Vesper.
Ini dia, surfer statue, patung orang yang seolah-olah sedang berselancar.
Tempat lapang itu berhadapan langsung dengan “Pier Surf” salah satu tempat di Hermosa yang
menawarkan peralatan dan kelengkapan bermain surfing. (hal. 52)
Di halaman 52 juga disebutkan tentang
ukiran lambang kota Hermosa di atas tanah berpaving, tapi saya belum menemukan
gambarnya. Sementara saya menemukan lambang kota Hermosa seperti ini:
Selanjutnya akhirnya Mark dan
Cally bertemu dengan Vesper dan Rachel. Rachel adalah teman sekelas Mark dan
Vesper.
Vesper Skyller digambarkan
sebagai sosok lelaki yang kurus jangkung, berambut coklat bergaya side swept bangs, dan berwajah rupawan. Kalau lagi senyum bibirnya dikulum. Kayak senyumnya Daniel Radcliffe gitu kali ya, halah
jadi nyasar ke sana. Pokoknya di sini si Cally jadi gugup gara-gara kuluman
senyum si Vesper, yang akhirnya nanti dipanggil ‘Sky’ oleh Cally.
Sementara Cally terpesona dengan
sosok Vesper, Rachel malah terlihat enggan berbicara dengan Cally. Jealous gitu lah ceritanya, soalnya kata
Mark si Rachel ini naksir Vesper.
Mereka berempat akhirnya
jalan-jalan bareng ke bab 3.
03.
Becoming a midnight cowboy
You, I want to snatch you away
To protect that smile
I’d risk my life
Setelah jalan beberapa meter dari
surfer statue mereka tiba di Hermosa Beach Pier. Pier adalah sebuah jembatan panjang mirip dermaga, tapi bukan
dermaga, karena di ujungnya tertutup, tidak ada ruang untuk naik ke kapal atau
turun dari kapal.
Nih suasana di atas pier ketika banyak pengunjung:
Di atas sini Cally dan Vesper
mengobrol. Dari obrolan ini, Cally tahu bahwa Vesper menyukai astronomi. Gara-gara
obrolan mereka tentang benda langit, ditambah kekagumannya dengan mata abu-abu
Vesper yang cerah bagaikan kedip bintang di langit pekat, Cally merasa ‘Sky’ adalah panggilan yang
sangat cocok untuk Vesper.
Di sini ada adegan jatuh yang kayaknya sebuah keharusan di novel romance gitu ya? Karena
di setiap novel romance yang pernah saya baca mesti aja ada adegan kayak gini. Dan
hampir selalu begini ceritanya: SENDAL PUTUS, kemudian TERSANDUNG, kemudianTOKOH
UTAMA WANITA DITOLONG TOKOH UTAMA PRIA.
Nah, gara-gara sendalnya Cally
putus, Vesper akhirnya meminjamkan sendalnya. Cally merasa Vesper sangat
perhatian dan romantis karena demi dia
Vesper rela tidak memakai sendal.
Ini memang tidak seindah sepatu kaca Cinderella. Tapi perlakuan Vesper
barusan lebih romantis daripada pangeran mana pun.
Hmmm.... saya sebenarnya kurang
suka adegan semacam ini. Hahaha... maaf ya kak Yoana. Tapi it’s okay lah, selama ceritanya memang bagus, saya bakal tetap
suka! :-D
Overall sampai dengan bab 03 ini saya PUAS dengan novel ini, dan
masih berkeinginan untuk menamatkannya. Saya suka banget cara kak Yoana menjelaskan
detail-detail setiap tempat yang disinggahi Callysta. Imaginable, interesting, and exciting!
Lanjutannya baca di sini yaaa:
Kesan Membaca Last Minute in Manhattan Part 2
Kesan Membaca Last Minute in Manhattan Part 3
Mau kutipan-kutipan asyik dari novel ini? Silakan mampir ke sini:
Quote Move On Last Minute in Manhattan
Quote Lainnya dari Last Minute in Manhattan
No comments:
Post a Comment
What do you think about my post?