Saturday, 14 June 2014

Kepada: Penulis Blog Park Yongha

Hari ini, 14 Juni 2014, saya (tadinya) sedang iseng mencari foto-foto Ahn Jae Hyun. Saya mulai menyukai aktor Korea ini karena wajahnya yang rupawan. Saya mencari foto Ahn Jae Hyun di Google. Saya meng-scroll down sangat jauh hingga muncul banyak foto berwajah bukan Ahn Jae Hyun. Tidak sengaja saya melihat satu foto seseorang. Karena suatu alasan pribadi, saya kemudian mengklik foto tersebut dan membuka artikelnya. Ternyata foto itu membawa saya ke arsip tahun 2008.
Saya terkejut melihat judul artikel itu. Judulnya "Model Kim Ji-hoo commits suicide". Dari judul artikel inilah saya menjelajah sejumlah artikel mengenai artis dan aktor Korea yang bunuh diri. Saya menemukan foto wajah-wajah yang pernah saya lihat sebelumnya, sebenarnya saya pernah membaca berita seperti ini (fenomena bunuh diri di kalangan artis Korea) sebelumnya.
Dari sekian nama artis Korea yang bunuh diri, ada satu nama yang paling menarik perhatian saya. Well, sebenarnya bukan nama sang artis yang menarik perhatian saya, melainkan nama drama yang pernah dibintanginya. Drama itu adalah Winter Sonata.
Saya belum pernah menonton drama tersebut, tapi saya sudah cukup sering mendengar Winter Sonata, yang kata orang memang cukup booming pada waktu itu.
Aktor dalam drama Winter Sonata itu bernama Park Yongha. Saya penasaran dengan Park Yongha, saya penasaran mengapa ia harus bunuh diri padahal ia pernah membintangi drama yang cukup fenomenal itu. Saya tahu, korelasi antara keputusan bunuh diri dengan pengalaman bermain drama di drama fenomenal tidak cukup kuat. Tapi memang itulah yang saya pikirkan ketika melihat namanya termasuk dalam daftar artis Korea yang bunuh diri.
Saya akhirnya menjelajahi beberapa artikel, kali ini menyempit hanya tentang Park Yongha. Gosip yang berembus rata-rata menyebutkan bahwa ia bunuh diri karena masalah keuangan dan depresi. Alasan yang mirip dengan artis-artis Korea lain yang bunuh diri.
Saya belum puas. Saya masih terus mencari. Sampai akhirnya saya menemukan artikel dengan judul berjudul "Park Yongha and The Mystery of His Suicide". Di dalam artikel itu, penulis mengutarakan pendapatnya mengenai misteri bunuh diri Park Yongha. Ia berpendapat bahwa bisa saja Park Yongha hanya sedang 'bermain-main' dan ketidakberuntungan membawanya meregang nyawa. Pendapat ini dikemukakannya karena penulis tidak habis pikir mengapa Park Yongha bunuh diri menggunakan kabel charger. Penulis itu menulis, "Dia lagi ada di rumahnya kan? Kalo tali doang dia pasti punya, lah. Emangnya kabel charger cukup kuat untuk bunuh diri? Kalo kamu berniat untuk bunuh diri, apakah kamu kepikiran menggunakan kabel charger? Maksud aku, yang bener aja?". Nggak begitu persis sih kalimatnya, tapi yang saya tangkap seperti itu.
Selain alat bunuh dirinya yang penulis itu ragukan, penulis itu juga meragukan alasan Park Yongha bunuh diri. Di dalam tulisannya ia berkata bahwa saat itu (tahun 2010 ketika Park Yongha meninggal) Park Yongha terlihat sedang tidak ada masalah. Ia terlihat senang karena ia sedang di tengah-tengah tur konsernya. Rumor lain yang mengatakan bahwa Park Yongha meninggal karena masalah keuangan juga agak meragukan. Ia sedang konser di Jepang, ia banyak mendapat uang dari para fansnya di Jepang.
Pada akhir tulisannya, penulis menulis, "Of course I can't really know for sure. What did really happen? I hope someday they will tell us the truth." Belum jelas yang dimaksud 'they' di sini siapa, mungin keluarga Park Yongha? Polisi? Atau siapa, entahlah...
Dugaan pertama saya ketika membaca artikel yang ditulis penulis itu, serta melihat nama blognya berjudul 'Park Yongha', plus nama websitenya 'parkyongha.wordp****.com', adalah "Orang ini pasti penggemarnya Park Yongha yang terkenal semenjak drama Winter Sonata." Ternyata saya salah.
Saya mengetahui kesalahan saya itu setelah membaca artikel lain di dalam blog itu yang berjudul 'Why I Started This Blog' dan 'Silly Wishes'. Dua artikel itu membuat saya tercengang. Saya merasa terenyuh dan iba (oke, ini mungkin terdengar sedikit berlebihan, tapi saya benar-benar merasa demikian!).
Ternyata penulis itu TIDAK PERNAH sekalipun menjadi fans Park Yongha selama ia masih hidup. Penulis itu bahkan tidak pernah peduli Park Yongha pernah konser di Jepang, yang sebenarnya pada saat Park Yongha konser di sana penulis itu juga sedang tinggal di Jepang.
I was not a fan when he was alive, and I don’t think I’m a loyal fan of him even now.
So why on earth did I start this blog? It’s because I can’t stop thinking about him since I found out about his rather tragic death. And I know about it on June 27, 2011. Yes. About a year after. I told you I wasn’t a fan.
Penulis itu baru mengetahui keberadaan Park Yongha sekitar setahun setelah kematiannya. Itupun secara kebetulan ia tahu tentang Park Yongha. Sekilas ia memang pernah melihat wajah imut Park Yongha bermain dalam Winter Sonata. Hanya sekilas. Penulis itu tidak pernah tahu siapa namanya dan tidak tertarik untuk mengetahui itu. Namun setelah ia melihat berita kematiannya, ia baru mulai tertarik mengetahui lebih jauh tentang Park Yongha.
Saya tertegun membaca tulisan wishes-nya. Saya sudah berfirasat pasti ada sesuatu di dalam artikel itu, itulah mengapa saya tertarik mengklik artikel berjudul 'Silly Wishes' itu.
I was watching Park Yong Ha’s first appearance (the year was 2004) in Hey Hey Hey, a popular TV program.
People in Japan were fond of his way of smiling coyly. I think he kind of lost it with time. He was getting better with his singing, though.
I was thinking…
I lived in Japan around that time, 2004, but I didn’t care about his existence.
Too bad.
If I knew that I would like him after he died, I could have gone to his concerts and met him.
OK, that’s a silly wish.
I didn’t like him in 2004.
In 2004, I could never know that I would like him in 2011.
Asliii... saya terenyuh banget baca yang satu ini. Dan inilah salah satu alasan saya membuat tulisan ini. Kami, para cewek yang suka menonton drama Korea, mungkin masih bisa bermimpi suatu hari nanti bertemu dengan mereka yang kami idolakan itu. Walaupun mungkin hanya berupa fanmeeting atau konser, bukan pertemuan pribadi. Kami bisa bermimpi seperti itu karena kami tahu mereka masih hidup, mungkin kami pun masih punya waktu untuk bertemu dengan mereka.
Namun dalam kasus ini, penulis blog Park Yongha yang menyukai Park Yongha setelah kematian Park Yongha, saya hanya bisa bersimpati. Jelaslah penulis itu tidak akan pernah bisa menemui idolanya itu. Ia tidak akan pernah bisa melihat karya terupdate Park Yongha. Ia tidak bisa menjadi seperti fangirls lain yang bermimpi bisa menikahi idolanya. Ia tidak bisa seperti fangirls lain yang menantikan drama atau lagu terbaru idolanya. Yang bisa ia lakukan hanya melihat ke belakang, flashback mencari informasi seputar Park Yongha yang tidak pernah ia pedulikan semasa ia masih hidup. That's too sad.
Dan inilah wish ter-insane si penulis:
I wish he would come back to life again and tell us it was all a dream, and he’s OK.
Now, that’s insane.
 Saya nggak tahu siapa penulis itu, saya baru mengenalnya beberapa jam yang lalu melalui tulisan-tulisannya tentang Park Yongha. Tapi saya ingin menyampaikan sesuatu kepada penulis itu.
Saya menemukan tulisan Anda tanpa sengaja, saya mengetahui Park Yongha tanpa sengaja karena  ternyata kita memiliki ketertarikan yang sama atas kematian Park Yongha. Saya harap Anda sudah bisa berhenti menulis 'wish' yang tidak masuk akal (Anda sendiri sudah tahu itu ^^). Terima kasih atas tulisan Anda yang sedikit banyak memengaruhi saya :-) .

Saturday, 7 June 2014

Why One Piece #2


Ini ketika mereka baru berhasil menyelam. Semua kru takjub dengan keindahan bawah laut. Luffy yang memang selalu memikirkan makanan langsung ingin menangkap ikan-ikan yang berenang di luar kapal Sunny yang dilindungi gelembung udara. Luffy langsung ingin melompat keluar kapal dan menangkap ikan-ikan itu.
Tapi Luffy lupa bahwa ada gelembung yang melapisi sekeliling kapal. Jadilah ia tersangkut di gelembung itu. Sementara itu Usop terkejut dengan tingkah bodoh kaptennya, khawatir Luffy akan merusak lapisan gelembung.
Dan inilah Zoro, yang selalu berambisi untuk 'memotong-motong'. Ia hampir langsung ingin menebas ikan-ikan itu menggunakan pedangnya.


Tapi sebelum Luffy dan Zoro sempat meneruskan niat mereka menangkap ikan, Usop dan Chopper yang memang hampir selalu dibuat khawatir oleh tingkah kapten dan wakil kapten mereka langsung menghentikan Luffy dan Zoro.

Why One Piece



Salah satu alasan saya menyukai One Piece adalah karena humornya. Kombinasi kalimat di dalam balon dan ekspresi wajah para tokoh seringkali sukses membuat saya tertawa. Berikut beberapa adegan humor dari beberapa chapter yang saya baca.  (Cupu banget ini, saya masih baca bagian sini, masaa...)

Ini ketika Jinbei melarang Luffy dan teman-temannya untuk mengalahkan Hordy Jones. Kemudian dengan serempak Chopper dan Franky bilang, “Karena kami ‘manusia’?”. Dan langsung mendapat teriakan kejam dari Sanji, “Apa kalian berdua merasa diri kalian manusia!?”

Ini ketika pasukan meriam diperintahkan untuk membidik Shirahoshi. Brook langsung mengeluarkan jurusnya. Semacam tipuan gitu. Bukannya membidik Shirahoshi, pasukan meriam malah hanyut dengan tipuan Brook dan membidik langit, menganggap meriam yang ada di tangan mereka adalah kembang api untuk pertunjukan.

Ini ketika Hordy Jones menantang Luffy sambil dengan sengaja menyebutkan nilai buruan Luffy. Dia pikir jika dia menang melawan Luffy yang berharga 400 juta berry dan menunjukkannya kepada ‘manusia’, itu akan membuat kaum manusia ikan, khususnya dirinya sendiri, menjadi ditakuti.

Ini ketika Luffy dengan jurusnya mampu melumpuhkan 50.000 orang bajak laut pengikut Hordy Jones dalam sekejap. Yang menarik adalah komentar Zoro yang mengatakan, “Kalau dia tidak bisa melakukan itu, posisi kapten harus diganti!”

Ini ketika Jinbei mengklarifikasi maksud pesannya kepada Luffy yang berbunyi, “Jangan bertarung melawan Hordy.” Ternyata pesan itu tidak serta merta ‘melarang’ Luffy untuk bertarung. Dia justru sedang memasang strategi agar kelompok bajak laut Topi Jerami dapat ‘diterima’ oleh para manusia ikan yang terlanjur mendengar berita-berita buruk mengenai kelompok Topi Jerami, dan yang terutama sekali adalah karena kelompok Topi Jerami adalah ‘manusia’.
Caranya yaitu dengan meng-setting Luffy menjadi pahlawan bagi mereka(manusia ikan). Nah, tanggapan sang kapten malah seperti yang di gambar atas itu. Udah deh, itu paling ngakak dari yang paling ngakak deh =))))))).

Sebagai penutup, inilah alasan lain saya menyukai One Piece. Saya sangat suka apabila Luffy sudah mengucapkan kata 'TEMAN'. Saya mengagumi persahabatan kelompok Topi Jerami.