18:45
Arloji di pergelangan tangan kiriku menunjukkan angka-angka
itu.
Aku mengecek kembali ponselku. Masih belum ada pesan dari
Sid.
“Mana sih, katanya bakal ada seseorang yang jemput aku.”
Tiba-tiba ponselku bergetar.
“Hal...”
“Tunggu di sana lima menit lagi, Benji tadi kejebak macet. Oke?”
Tut tut tut...
Ih ni anak semaunya banget sih nutup telepon. Tunggu, apa
dia bilang? Benji?!
Aaah Benji mau jemput gue. Dan gue samasekali nggak
kepikiran yang jemput gue itu dia. Gue pikir si Sid yang ke sini.
Aduh penampilan gue nggak banget. Benji kan biasa jalan
bareng Cessa yang selalu keliatan mewah. Aduh Siiid, kenapa elo nggak ngasih
tau dari awal sih? Paling nggak gue bakal dandan sedikit kalo gue tau Benji
yang bakal ngejemput.
Sebuah sedan hitam berhenti tepat di depanku. Sesosok pria
jangkung keluar dari kursi kemudi. Benji terlihat sangat mengesankan dengan
wajahnya yang selalu terlihat...ganteng. Hah, selamat ya Bulan, kamulah pemilik
pangeran berkuda putih ini.
Aku tersadar dari lamunanku ketika tiba-tiba ia berjalan ke
arahku dan mencoba membukakan pintu mobil untukku.
“Eh nggak usah. Ntar Bulan ngambek, lagi.” Aku buru-buru
mencegahnya.
“She’s not that type
of girl.” Seulas senyumnya membuatku mematung dan aku membiarkannya
membukakan pintu mobil.
“Makasih ya udah mau jemput gue. Gue pikir Sid yang ke sini.”
“Dia lagi sibuk, jadi nggak bisa jemput.”
“Oh gitu. Pantesan tadi dia nelepon gue buru-buru banget.”
Parkiran Hilarious
19:07
“Sepi amat.” Aku mengernyitkan dahi begitu keluar dari mobil
Benji dan melihat parkiran Hilarious yang kosong. Tidak ada motor Sid, mobil
Rama juga tidak kelihatan.
“Yakin?” tanya Benji dengan nada misterius.
DOR DOR DOR!
Bunyi balon pecah disertai kertas warna-warni yang jatuh
entah dari mana membuatku kaget. Aku memandang ke sekeliling dan menemukan Sid,
Rama, Eva, Lando, Chokie, Aida, Julia, dan Bulan keluar dari persembunyian
mereka sambil menyanyikan lagu keramat yang sangat populer dinyanyikan ketika
tanggal kelahiran tiba. Benji yang tadinya berdiri di sampingku ikut bergabung
dengan mereka dan ikut menyanyikannya.
Aku memandang mereka semua dengan terharu. Aku sangat
terkesan denga kejutan yang katanya dirancang oleh Sid ini.
Makasih banyak! Aku bakal
ingat terus momen di parkiran ini. Bakal aku tulis di buku catatan unik yang
Bulan hadiahkan untukku. Aku tidak tahu apa namanya. Buku itu berupa
kertas-kertas bergambar lucu yang kayaknya sayang banget untuk ditulisi.
“Yuk masuk.” Ajak Rama, sang pemilik kafe Hilarious.
“Tunggu, kafe lo kayaknya ada yang berubah ya?” aku terdiam
sejenak memperhatikan bangunan Hilarious.
“Se-tidak-ngeuh itukah elo?” Sid mencibir komentarku.
“Ya ampun! Ijo! Hilarious jadi warna ijo ya?!” aku berteriak
histeris.
“Kak Sid yang ngecat ini lho, Kak,” bisik Bulan padaku. “Atas
izin kak Rama,” tambahnya sambil tersenyum.
Lagi, gue harus
bilang, makasih banyak! Aku suka banget!
Hilarious
Acara makan-makan akhirnya selesai. Tiba-tiba Sid
menghampiriku dan memberikan sebuah kado berukuran besar kepadaku. Aku bertanya-tanya
apa isinya. Pasti bukan hal yang biasa lagi. Kapan sih mereka bertindak wajar
dan biasa? Ah, senang banget punya teman-teman seperti mereka.
“Jangan harap elo bisa langsung ngedapetin kadonya setelah
elo membuka ini.” Sid tersenyum jahil ketika aku sedang membuka satu demi satu
selotip yang direkatkan dengan rapi di atas kertas kado ini.
“Pasti bukan elo yang ngebungkus ini,” kataku pada Sid yang
langsung mengiyakannya.
Benar saja, di dalam situ sama sekali bukan ‘kado’ yang aku
temukan, melainkan ‘barang-barang’ dengan bungkus kado yang sama yang masih
harus kubuka.
Aku menoleh ke arah semua teman-temanku di ruangan ini. Kutatap
mereka satu per satu.
“Kenapa?” Lando si pendiam akhirnya memecah keheningan.
“Thanks banget. Gue
nggak tau harus ngomong apa lagi,” jawabku.
Sekali lagi aku harus
bilang, makasih banyak. Makasih untuk waktu yang udah kalian sisihkan untuk
mempersiapkan semua ini. Makasih untuk perhatian kalian tentang temanmu yang ‘pelupa’
ini. Aku bakal inget terus hari ini. Hilarious, parkiran, tanah hijau. Teka-teki
unik yang udah kamu siapin di sela-sela waktu kamu yang padat. BIG THANKS. BFF.
NB: Cessa, Surya,
kalian kapan pulang dari Amerika? Gue kangen kalian. Makasih banyak untuk ide
dan gambarnya. Tinggal di Amerika bikin kalian jadi kreatif ya, ngiri deh gue. Hahaha...